Sabtu, 19 Februari 2011

pentingnya aqidah dalam kehidupan pribadi dan masyarakat

Banyak di antara kaum muslimin yang kurang memperhatikan masalah aqidah pada kehidupannya dan kehidupan saudaranya (muslim) yang lain. Untuk itu tulisan berikut ingin sedikit mengingatkan kita, khususnya kepada para da’i akan kedudukan aqidah dalam Islam.


Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya syariah Islam itu terbagi
dua bagian:


1. I`tiqod yaitu perkara-perkara yang berkaitan erat dengan
keyakinan, seperti meyakini ketuhanan Alloh, wajibnya beribadah hanya
kepada-Nya, meyakini rukun-rukun iman, dll. Keyakinan ini biasa dinamakan
aqidah. Hingga dapat disimpulkan, pengertian aqidah Islamiyah adalah
keimanan yang kokoh kepada Alloh Ta`ala, mencakup rububiyahNya, uluhiyahNya,
asma` (nama) dan sifatNya, beriman kepada malaikat, kitab-kitab, para
rosul, hari akhir, taqdir, dan semua perkara-perkara yang termasuk
pokok agama, termasuk perkara ghoib.


Menerima dan tunduk terhadap hukum Alloh dan RosulNya. Aqidah dinamakan
pula tauhid, lantaran pembahasannya berkisar seputar rububiyah Alloh,
uluhiyahNya, asma` dan sifatNya. Bahkan tauhid merupakan bahasan ilmu
aqidah yang terpenting dan terpokok.



2. Amalan yaitu perkara-perkara yang berhubungan dengan tata
cara beramal, seperti sholat, zakat, puasa serta hukum-hukum amalan
lainnya. Seperti ini dinamakan furu` (cabang), karena harus dibangun
di atas asas yang shahih tadi, yaitu aqidah atau tauhid. Tidaklah
sah suatu amalan kecuali dengan benarnya aqidah.


Oleh karenanya, aqidah yang benar merupa kan asas tegaknya agama dan
sahnya suatu amalan hamba. Alloh Ta`ala berfirman:



Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepa da Alloh sebenar-benar
taqwa kepadaNya ; dan janganlah sekali-kali kami mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imron: 102).



Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Alloh dengan
memurnikan keta`atan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,
dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus. (QS Al-Bayyinah: 5).



Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan membawa
kebenaran. Maka sembahlah Alloh dengan memurnikan keta’atan kepadaNya.
Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik).
(QS Az-Zumar: 2-3).



Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Alloh), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang -orang yang
merugi”. (QS Az-Zumar: 65).


Beberapa ayat yang mulia diatas menunjukkan bahwa aqidah atau tauhid
merupakan hal yang sangat fital dalam kehidupan, sebab merupakan mizan
diterima atau ditolaknya suatu amal. Amalan akan di terima oleh Alloh
jika terbangun diatas keimanan, murninya keta’atan kepada Alloh dan
bersih dari kesyirikan. Hal ini diperjelas lagi dalam ayat lainnya
;



Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia me lainkan supaya mereka
hanya beribadah kepadaKu. (QS Adz Dzariyat: 56)



Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rosul
(untuk menyerukan): “Sembahlah Alloh (saja) dan jauhilah
thaghut”. (QS. An Nahl: 36).



Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata:
“Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak ada illah
bagimu selain Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah
Alloh), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar (kiamat).
(QS Al A’rof: 59)



Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia
berkata: “Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak ada
Tuhan bagimu selainNya.” Maka mengapa kamu tidak bertakwa
kepadaNya. (QS Al A’rof: 65).



Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Sholeh.
Ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak
ada Tuhan bagi mu selainNya.” Sesungguhnya telah datang kepadamu
bukti yang nyata dari Tuhanmu. (QS Al A’rof: 73).



Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib.
Ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak
ada Tuhan bagimu selainNya.” Sesungguhnya telah datang kepadamu
bukti yang nyata dari Robmu (QS. Al A’rof: 85).


Demikianlah ayat demi ayat, bahkan mayoritas surat dalam Al Qur`an
memprioritaskan pembahasan pentingnya aqidah tauhid dan bahaya syirik
bagi pribadi dan masyarakat. Juga menjelaskan bahwa syirik adalah
faktor utama penyebab kebinasaan hamba, di dunia maupun di akherat.
Lantaran pentingnya perkara aqidah ini, maka semua rosul memulai dakwahnya
dengan tauhid, Alloh Ta’ala berfirman:



Dan Kami tidak mengutus seorang rosulpun sebe lum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
hak di sembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku”. (QS. Al Anbiya’: 25).


Perhatikanlah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam! Beliau tinggal
di Makah selama tiga belas tahun mengajak kaumnya agar mentauhidkan
Alloh semata. Dan Alloh menyuruhnya agar menyatakan kepada umatnya
bahwa beliau hanya berdo’a kepada Robbnya semata dan tidak menyekutukan
Nya, sebagaimana firmanNya:



Katakanlah (wahai Nabi Alloh): “Sesungguhnya aku hanya berdoa
kepada Robku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya”.
(QS. Al Jin: 20).


Perhatikan pula, bagaimana Rasulullah mendidik sepupunya, Abdulloh
bin Abbas tatkala masih kecil



Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Alloh, dan bila kamu meminta
pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Alloh.1


Semestinya dakwah tauhid merupakan prioritas utama, sebelum merambah
syari`at yang lain. Maka tatkala Rasululloh sholallohu ‘alaihi wassalam
mengirim Mu’adz bin Jabal ke Yaman, beliau berpesan kepadanya:



Maka hendaknya; perkara yang pertama kali kau serukan kepada mereka
adalah syahadat Lailaha illalloh (tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Alloh), dan dalam riwayat lain: Maka hendaknya perkara yang
pertama kali kau serukan kepada mereka adalah ; agar mereka mengesakan
Alloh.2


Orang-orang kafir Quraisy pernah menawarkan kepada Rasulullah jabatan
raja, harta, wanita, dengan syarat bersedia meninggalkan dakwah tauhid
dan tidak mencela berhala mereka. Apa jawaban beliau? Menolak semua
tawaran tadi, bahkan justru terus melanjutkan dakwahnya, dengan sabar
memikul berbagai rintangan dan gangguan. Hingga datang pertolongan
Alloh, berupa kemenangan dakwah tauhid ini. Makkah ditaklukkan, berhala-berhala
dihancurkan, seraya membaca ayat:



Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang
pasti lenyap. (QS. Al Isro’: 81).


Dari uraian di atas, kiranya jelas bagi kita bahwa tauhid adalah kewajiban
asasi bagi setiap muslim. Dia memulai kehidupannya dengan tauhid dan
meninggalkannya harus dengan tauhid. Tugas hidupnya adalah merealisasikan,
menegakkan dan mendakwahkan tauhid, karena tauhidlah pangkal kesuksesan
hidup dan dapat menyatukan dan menghimpun kaum mukminin dalam wadah
persaudaraan hakiki. Kita memohon kepada Alloh Ta’ala agar menjadikan
kalimat tauhid kata akhir yang kita ucapkan di dunia yang fana ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar